Ketua Ikatan Alumni Geologi Institut Teknologi Bandung (IAGL-ITB), Abdul Bari, menyoroti sejumlah tantangan besar di sektor pertambangan dan energi di Indonesia, terutama terkait eksplorasi dan produksi minyak, gas, batubara, serta mineral. Untuk mengupas tuntas berbagai hambatan ini, IAGL-ITB akan mengadakan seminar dan sarasehan yang melibatkan berbagai pihak terkait.
Menurut Bari, kendala utama di sektor pertambangan dan energi meliputi kebijakan yang tumpang tindih, kurang optimalnya iklim investasi, hingga tata kelola yang belum mampu menghasilkan efek berantai ekonomi. Selain itu, perizinan yang kompleks sering kali menghambat eksplorasi, terutama karena tumpang tindih dengan sektor lain seperti kehutanan dan perkebunan. Tantangan lainnya mencakup kurangnya data geologi, keterbatasan akses wilayah, keamanan, konflik sosial, fluktuasi harga komoditas, serta peningkatan biaya produksi.
“Melalui seminar dan sarasehan ini, kami berharap dapat memberikan rekomendasi yang konkret untuk memperkuat sektor migas dan minerba di Indonesia. Kami ingin menghadirkan solusi dan strategi dengan melibatkan alumni terbaik dan gagasan-gagasan unggul demi kemajuan Indonesia,” ujar Bari.
Wakil Direktur Utama MIND.ID, Dany Amrul Ichdan, menambahkan bahwa ketergantungan Indonesia terhadap pihak luar masih cukup besar. Menurutnya, keseriusan pemerintah, termasuk melalui visi besar Presiden Prabowo untuk kemandirian, adalah langkah penting untuk memperkuat posisi tawar Indonesia di pasar global. Ia menekankan pentingnya pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang handal dan penguasaan teknologi terkini di sektor pertambangan.
“Kita perlu mengorkestrasi semua pihak—dari BUMN hingga regulator—untuk bersama-sama mencapai visi besar pemerintah. Penting untuk memastikan bahwa setiap kementerian, baik ESDM, perdagangan, perindustrian, maupun keuangan, bekerja selaras demi memperkuat industrialisasi dalam negeri,” ujar Dany.
Sementara itu, Raden Sukhyar, Komisaris Independen PT Vale Indonesia, menegaskan bahwa peran pemerintah sangat krusial dalam memfasilitasi pihak swasta, terutama terkait kemudahan perizinan dan dukungan infrastruktur. Menurutnya, sinergi antara sektor energi dan sektor manufaktur juga sangat diperlukan untuk mendukung hilirisasi yang lebih efektif.
“Teman-teman di bidang geologi dan pertambangan harus tidak hanya berfokus pada eksplorasi, tetapi juga menciptakan teknologi baru. Hilirisasi perlu didorong dengan kolaborasi kuat antara kementerian terkait dan industri, karena sinergi ini akan menjadi kunci masa depan sektor energi di Indonesia,” kata Sukhyar.